You are currently viewing Cerpen Saran dari Seorang Guru karya Aufa Kirana Azzahra

Cerpen Saran dari Seorang Guru karya Aufa Kirana Azzahra

Namaku Analika Maharani biasa dipanggil Ana. Aku adalah seorang siswa kelas 11 di salah satu sekolah menengah atas yang cukup terkenal di daerahku. Besok adalah waktu di mana aku akan mempresentasikan hasil tugas penelitianku. Hal itu membuatku teringat tentang masa di mana aku mengalami suatu kegagalan.  

Kala itu, ketika aku duduk di kelas 7 di sebuah sekolah menengah pertama. Pada hari itu, aku akan melakukan presentasi dari hasil percobaan saat pelajaran IPA. Sembari menunggu giliranku untuk maju kedepan kelas, aku duduk di bangku dan membaca ringkasanku yang sudah aku siapkan pada malam hari ketika memeriksa ppt yang sudah aku buat. Aku melakukan itu untuk menenangkan diriku karena sebenarnya aku ketakutan. Sedari awal badanku tak berhenti bergetar dan jantungku berdegup sangat kencang. Aku juga takut kepada guruku karena dia adalah guru yang sangat teliti dan disiplin. Guruku itu bernama Bu Susi.

Sekitar Beberapa menit kemudian namaku dipanggil oleh Bu Susi. Aku langsung maju ke depan kelas sambil membawa laptopku dan menata alat-alat yang perlu kusiapkan. Setelah semua siap aku langsung memulai presentasiku. Saat awal-awal presentasi aku baik-baik saja aku dapat menjalaninya dengan baik. Saat ditengah-tengah presentasi, tiba-tiba  pikiranku  kosong dan aku hanya bisa berbicara terbata-bata. Aku pun tetap melanjutkannya karena lirikan mata Bu Susi membuatku takut.

Tibalah disesi tanya jawab Bu Susi menanyakan pertanyaan kepadaku, “Ana, apakah kesimpulan dari kegiatan tersebut?”. Aku pun menjawab dengan terbata-bata, “Sa..sa..sa ya tidak tau bu.”  sekelas pun langsung tertawa dan aku merasa sangat malu. Setelah pertanyaan itu, presentasiku pun selesai dan aku kembali ke tempat dudukku dan menangis. 

Aku menangis dari selesai presentasi sampai akhir pelajaran. Saat pelajaran sudah berganti menjadi istirahat, Lyra dan Sifa menenangkanku. Mereka juga memberikan diriku semangat “Gapapa Na, yang udah berlalu biarlah berlalu sekarang semangat ,” kata Lyra. Mendengar ucapan Lyra bukannya aku bukannya semakin semangat tapi malah semakin menangis. Aku juga mendengar banyak orang yang membicarakanku dan meledekku. Aku sangat sedih dan takut mendapat nilai yang jelek.

Beberapa saat kemudian, Bu Susi menghampiriku dan mengelus kepalaku. Dia juga berkata, “Gapapa mbak, namanya belajar mesti ada kekurangan dan ada kesalahan. Tugas kamu sekarang adalah untuk memperbaiki agar  nanti saat presentasi lagi kamu bisa presentasi dengan baik.” Aku pun menjawab, “Tapi bu, tadi saya bener-bener lupa semua dan tadi banyak yang menertawakan saya.” Bu Susi tersenyum menatapku dan menjawab, “Sekarang tugas kamu adalah menjadikan semua itu sebagai pelajaran dan tidak perlu mendengarkan ejekan dari teman-temanmu. Jangan pernah berpikir kegagalan itu akhir dari segalanya, karena, kegagalan itu diberikan agar kamu lebih baik di masa depan” kata Bu Susi. Aku pun berterima kasih akan saran yang ia berikan dan saran tersebut sangat bermanfaat untuk kehidupanku. Seketika itu hatiku tenang dan berhenti menangis.

Semenjak hari itu, aku selalu mengingat kata-kata Bu Susi untuk selalu menjadikan pengalaman sebagai pelajaran. Hal tersebut juga membuatku berpikir bahwa suatu kegagalan itu diberikan kepadamu agar kamu menjadi seseorang yang lebih baik di masa depan. Kegagalan juga diberikan agar kamu mengerti bahwa hidup itu bukan hanya tentang kebahagiaan tapi juga tentang jatuh bangun seorang manusia untuk menggapai sesuatu. Kata-kata itu selalu aku kenang dan aku gunakan dalam prinsip kehidupanku sehari-hari. Kini aku berhasil menyeka keraguan dan kekhawatiranku ketika mengingat nasihat Bu Susi. Aku sunggingkan senyum kesiapan untuk presentasiku esok hari.

Cerpen karya Aufa Kirana Azzahra Kelas 9B.

Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments