Karya Humaira Azmy Sulthoni
Peserta Ekstrakurikuler Kepenulisan
Bau zat kimia yang menyengat tercium dari ruangan Laboratorium milik Raeth. Raeth menggoyang-goyangkan labu erlenmeyer—yang ia dapatkan dari kakaknya saat memenangkan Olimpiade Sains Fisika tingkat SMP—di tangannya. Perlahan tapi pasti, dia menuangkan cairan itu ke wadah lain yang berisi cairan lainnya.
BUM!
Ledakan kecil terjadi akibat campuran zat yang Raeth tuangkan. Meja laboratoriumnya menjadi sedikit berantakan dan kotor. Raeth buru-buru merapikan kekacauan yang dia buat. Raeth bergegas menengok keluar laboratorium, takut kakaknya mendengar ledakan tersebut. Setelah cukup lama mengawasi sekitarnya, Raeth kembali masuk ke dalam laboratorium.
Mungkin saja kakaknya sedang tidur, sedangkan kakak tertuanya sering di luar rumah karena kuliahnya. Laboratorium milik Raeth berada di basement rumahnya. Seharusnya Raeth tenang-tenang saja jika ada kekacauan di laboratoriumnya. Akan tetapi, Raeth hanya takut dimarahi karena kedua kakaknya cukup galak.
Raeth kembali melanjutkan eksperimennya sampai larut malam. Labu erlenmeyer banyak tersebar di ruangan. Kertas-kertas penelitian juga berhamburan. Meja laboratorium menjadi saksi bisu jerih payah Raeth yang sedang membuat sebuah ramuan. Raeth ingin masuk ke kuliah kedokteran, meski kedua orang tua serta kakak-kakaknya masuk militer dan jurusan hukum pidana. Yah, meski Kak Ethan masih SMA, tapi dia ingin masuk kuliah jurusan hukum pidana seperti ibu.
Purnama sudah berada di puncaknya, menandakan malam sudah larut. Wajah Raeth terlihat pucat, tubuhnya terasa lemas sekali. Raeth merebahkan kepalanya di meja laboratorium. Ia menelungkupkan kepalanya di antara kedua lengan.
“Mungkin tidur sebentar lebih baik…”, lirih Raeth. Kedua matanya menutupi bola mata merah delimanya. Sunyinya malam dan suara hoot burung hantu menemani tidur gadis kecil yang terlelap.
-bersambung-