Karya Nurul Hasna Anna’im
(Peserta Ekstrakurikuler Kepenulisan)
Tempat yang sejuk, banyak pepohonan sejauh mata memandang, komplek Mawar namanya. Di sana, tinggal seorang gadis bernama Laurie Pramasti—panggil saja Riri. Riri sangat suka makan es krim. Di usia Riri ke-6 tahun, ibu Riri membatasinya untuk makan es krim. Riri hanya boleh makan satu pekan sekali.
Saat ini usia Riri sudah 10 tahun. Ibunya berjanji tidak terlalu membatasinya makan es krim lagi. Sayangnya, hal itu menjadikan kebiasaan buruk bagi Riri, uang jajan yang diberikan ibunya ia gunakan untuk membeli es krim setiap hari.
Pada Senin sore, Riri pulang sekolah membeli lima es krim untuk disimpan dalam kulkas dan akan dimakan dalam waktu yang lama. Saat itu juga ibunya mengingatkan bahwa makan banyak es krim itu tidak baik.
“Sayang, makan es krim berlebihan itu tidak baik.”
“Ibu itu tidak usah terlalu khawatir, lihat, apakah aku sakit sekarang? Padahal setiap hari aku makan es krim.” ujar Riri berusaha meyakinkan ibunya bahwa itu akan baik-baik saja. Setelah kata terakhir yang diucapkan, Riri bergegas untuk memasukan es krim yang ia bawa ke dalam kulkas.
***
Selasa siang ini terasa sangat panas, saat pulang sekolah Riri segera mengambil tiga es krim untuk dimakan sekaligus.
“Mumpung ibu masih bekerja, aku makan saja es krimnya tiga sekaligus, kalau ketahuan pasti akan diceramahi tujuh hari tujuh malam.” Ucap Riri.
Kemudian hari, Rabu malam, Riri kembali mencari cara agar tidak ketahuan makan es krim oleh ibu. Walaupun malam ini terasa dingin, Riri tetap akan makan es krim, rencananya Riri akan makan rasa coklat, rasa favoritnya. Riri menyelinap diam-diam ke dalam dapur untuk mengambil es krim di dalam kulkas. Ibu yang sedang memotong sayur di dapur mendengar suara langkah kaki, yang ternyata itu langkah kaki Riri.
“Riri? Sedang apa nak? Kamu tidak belajar?” Tegur ibu tanpa menolehkan kepala.
“Aaaaa…. Hanya mengambil air putih Bu, setelah ini akan belajar kok.” Jawabnya dengan gugup karena takut ketahuan. Dengan langkah cepat Riri bergegas ke kamarnya untuk memakan es krim.
“Ahhh… Untung nggak ketahuan Ibu.” Ucap Riri dengan nada lega karena tidak ketahuan. Malam itu Riri bisa makan es krim dengan tenang, tetapi ternyata Riri merasa pusing setelah memakan es krimnya. Ia pun memutuskan untuk tidur lebih awal.
Pagi harinya ibu merasakan ada yang aneh dengan Riri, yang biasanya setiap pagi ribut karena bangun kesiangan pagi ini Riri lebih banyak diam dari biasanya.
“Riri kamu kenapa kok kelihatan lemas?” Tanya ibu.
“Hmm, mungkin karena kurang tidur saja, semalam banyak tugas menumpuk yang harus dikerjakan.” Jawab Riri.
Ibu tahu Riri berbohong. Pasalnya, semalam lampu kamar Riri mati sebelum waktu biasanya Riri tidur.
***
Sepulang sekolah, lagi-lagi Riri kembali memakan es krim sebelum ibu pulang bekerja. Padahal semalam saja dia merasakan pusing. Kali ini dia makan rasa vanilla, sama seperti hari Selasa sebelumnya, Riri memakan tiga es krim vanilla sekaligus.
Keesokan harinya, Riri mengeluh sakit perut, bahkan juga mengeluhkan rasa mual dan pusing pada ibu. Riri sampai menangis karena tak kuasa menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ibu yang khawatir segera membawa Riri ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, ibu mengurus administrasi, sedangkan Riri menunggu di kursi antrian sambil menahan rasa sakitnya. Selang waktu yang cukup lama untuk menunggu, akhirnya nama Riri dipanggil oleh petugas rumah sakit. Riri diperiksa oleh dokter, sedangkan ibu menunggu di luar.
Dokter memeriksa Riri cukup lama. Akhirnya dokter itu keluar dari ruangan praktiknya, ibu langsung menghampiri dokter untuk bertanya apa yang terjadi pada Riri.
“Kata Riri, dia akhir-akhir ini sering memakan es krim dan jarang makan sayur, maka bisa disimpulkan itu yang membuat Riri sakit.” Ujar seorang dokter ber-name tag Hana di dada sebelah kanannya.
“Oh…begitu ya, baik nanti saya sampaikan Riri agar lebih sering mengonsumsi sayur, terima kasih dok.” Jawab ibu tak lupa mengucap terima kasih.
Riri yang masih berbaring lemas di brankar perlahan menoleh pada suara berisik pintu yang baru dibuka, ibu perlahan berjalan menghampiri Riri yang sedang berbaring lemas. Riri meminta maaf dengan nada lemas pada ibu karena telah mengabaikan nasihatnya kemarin.
“Ibu…Riri minta maaf ya karena tidak mendengar nasihat Ibu kemarin.” Kata Riri yang diucapkan dengan penuh penyesalan.
“Iya, sudah tidak apa. Yang penting kedepannya kamu tahu apa yang harus kamu lakukan.” Jawab ibu dengan belaian lembut tangannya menyentuh kepala Riri.
“Iya aku tahu Bu, setelah ini aku akan makan banyak sayur dan mengurangi makan es krim.” Jawab Riri.