Bersama Ustad Saikhul Anwar
Yogyakarta – Selasa, 6 Agustus 2024 tim Pendikar (Pendidikan Karakter) SMPIT Abu Bakar Fullday School Yogyakarta telah melaksanakan program Sharing Time Edisi 1. Program kegiatan ini dilakukan selama satu bulan sekali dengan mengangkat tema-tema karakter yang relevan dengan siswa. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 07.00-07.30 di Lapangan Badminton SMPIT Abu Bakar Fullday School Yogyakarta. Tema yang diangkat untuk bulan Agustus ini adalah Adab Menjaga Lisan. Tema ini diangkat dengan pertimbangan antisipasi dan merespon kebiasaan siswa terkait adab ketika berbicara, khususnya ketika berbicara dengan sesama teman. Nantinya setelah kajian ini siswa dan seluruh guru menjalankan tema adab menjaga lisan dalam keseharian. Saling mengingatkan satu sama lain dan menjaga untuk tidak menyakiti perasaan saudaranya dengan lisannya.
Ustad Saikhul Anwar sebagai narasumber utama dalam kegiatan ini menekankan pentingnya untuk menjaga lisan. Menjaga dari hal-hal yang dapat melukai hati teman. Karena dari lisan dapat menjerumuskan seorang hamba ke dalam siksa neraka dan dapat pula menuntun ke surga. Hal-hal yang dapat melukai bahkan termasuk dosa besar adalah mengejek atau menghina nama bapak atau ibunya. Memanggil nama teman dengan nama orang tua dengan maksud mengejek, maka termasuk kembali mencaci maki orang tuanya sendiri.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah ﷺ. Dari ‘Abdullāh bin ‘Amr bin ‘Āsh radhiyallahu Ta’āla anhumā bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda, “Di antara dosa besar adalah seorang lelaki memaki kedua orang tuanya.” Maka ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ , “Apakah ada seorang mencaci-maki kedua orang tuanya?” Rasulullah ﷺ bersabda, “Ya, ada. Seseorang mencaci ayah orang lain, maka orang lain tersebut kembali mencaci ayahnya. Dan (demikian juga) ia mencaci maki ibu orang lain, lalu orang lain tersebut mencaci ibunya pula”. (HR. Bukhari no. 5973 dan Muslim no. 90)
Ustad Saikhul juga menyampaikan pentingnya bagi seluruh siswa untuk tidak membicarakan keburukan teman walaupun benar. Karena jika itu benar maka hukumnya ghibah, dan apabila itu salah maka menjadi fitnah. Ghibah adalah membicarakan keburukan atau aib orang lain. Sementara fitnah adalah upaya menuduh orang lain dengan tuduhan yang belum atau tidak terbukti kebenarannya. Keduanya termasuk dosa besar yang wajib kita hindari.
Sebagaimana yang Rasulullah ﷺ sabdakan, “Barang siapa yang menutup aib saudara muslimnya, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa yang mengumbar aib saudara muslimnya, maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya.” (HR Ibnu Majah 2536)
Allah SWT. Melarang hambanya untuk melakukan ghibah atau menggunjing saudaranya. Sebagaimana firman-Nya dalam Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi,
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”
Dalam surat Al-Buruj ayat 10, Allah SWT. Berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan fitnah kepada orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam, dan bagi mereka azab neraka yang membakar.”
Dengan lisan seseorang juga dapat masuk ke surga-Nya Allah. Dengan mengucap syahadat maka haram baginya disentuh oleh api neraka. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka, bagi siapa yang mengucapkan laa ilaha illallah (tiada sesembahan yang benar disembah selain Allah) yang dengannya mengharap wajah Allah” (HR. Bukhari no. 425 dan Muslim no. 33).
Ada orang yang datang di akhirat dengan membawa semua amal ibadahnya namun terhalang masuk surga dikarenakan lisannya yang menyakiti orang lain. Sehingga orang terdzalimi ini meminta keadilan kepada Allah dan diambilah amalnya itu untuk diberikan kepada yang terdzalimi. Maka orang tersebut termasuk orang yang bangkrut atau muflis. Kata Ustad Saikhul Anwar.
Rasulullah Saw. dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Tahukah kamu, siapakah yang dinamakan orang yang bangkrut? Sahabat menjawab: Orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya dirham (uang) dan tidak pula punya harta benda. Sabda Nabi: Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang datang dihari kiamat membawa shalat, puasa dan zakat. Dia datang tapi pernah mencaci orang ini, menuduh (mencemarkan nama baik) orang ini, memakan (dengan tidak menurut jalan yang halal) akan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang ini. Maka kepada orang tempat dia bersalah itu diberikan pula amal baiknya. Dan kepada orang ini diberikan pula amal baiknya”.
Oleh: Akbargumilar