Kekuatan seseorang tergantung pada tujuan. Jika tujuannya agung, tujuannya besar, maka ia akan kuat. Sebaliknya, jika tujuannya kecil dan remeh, maka ia kan cepat tumbang. Seseorang yang memiliki cita-cita mendaki Gunung Everest, ia akan menyiapkannya, ia akan bersabar dalam menguatkan fisik dan logistiknya, ia akan bertahan dalam proses pendakiannya hingga mencapai puncaknya. Berbeda dengan seseorang yang tidak bercita-cita mendaki Gunung Everest, ia tidak menyiapkan perbekalan, ia kan cepat lelah, ia tidak tahan, bahkan membayangkannya saja sudah tertekan.
Seseorang yang bercita-cita hanya ingin menjadi terkenal, ingin dipuji, dan dikagumi orang banyak menuai kecewa dan pasti menderita. Ada yang bercita-cita ingin menjadi pejabat, ingin ketenaran, dan kepopuleran. Ia bisa lakukan segalanya, bahkan dengan cara yang haram. Orang akan salah bersikap, jika salah bercita-cita. Hati-hati, sobat Abu Bakar, jangan sampai salah memiliki cita-cita.
Ada satu cita-cita yang membuat hidup tenang, tidak akan diperdaya syaitan, bisa menikmati episode kehidupan apapun, dan membuat kita mulia apapun yang terjadi. Apa itu? Tidak lain dan tidak bukan puncak cita-cita seorang muslim adalah meraih Ridha Allah. Sebagai seorang muslim haruslah memiliki cita-cita yang tinggi. Silakan bercita-cita setinggi langit. Jadilah dosen, jadilah dokter, jadilah presiden, jadilah penulis, jadilah jurnalis, reporter, insinyur, pilot, polisi, guru, pengusaha, dsb. Jadilah apapun yang Allah sukai. Jadi dokter yang Allah sukai, jadi penulis yang Allah sukai, jadi presiden yang Allah sukai, jadilah polisi yang Allah sukai.
Apapun, silakan. Raihlah cita-cita kalian dan pastikan karena Ridha Allahlah kalian menggapai impian itu. Sertakan Allah di setiap prosesnya, dari mulai sekarang, dari setiap pelajaran apapun di sekolah sampai nanti sobat Abu Bakar meraih cita-cita yang didambakan.
Mengapa seorang muslim harus bercita-cita tinggi? Jawabannya adalah karena perintah Allah. Allah menyebutkan dalam Ali Imran: 110 bahwa ummat Muhammad adalah khaira ummah atau ummat yang terbaik. Sepatutnya kita sebagai seorang muslim bertekad dan mengazamkan diri untuk mewujudkan hal itu, ummat terbaik. Dengan cara apa? Memiliki cita-cita yang tinggi. Seorang muslim menjadi mulia karena ilmunya. Ilmu adalah kunci utama untuk menggapai cita-cita terbaik. Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu agar memperoleh pemahaman terbaik, bisa mengamalkan ilmu, serta mengajarkan ilmu. Itulah, sebaik-baik penuntut ilmu.
Oleh karena itu, yuk sobat Abu Bakar persiapkan masa depan dengan memiliki cita-cita yang tinggi. Dimulai dari bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu di sekolah. Bersemangatlah, pantang menyerah, pantang mengeluh, dan siap berproses dalam belajar. (Siti Hanifah Az Zahra)